http://pay4shares.com/?share=37145

Sabtu, 28 Desember 2013

CERITA RAKYAT KALIMANTAN TENGAH

Legenda Silang Gading dan Topi Omas


      Dahulu kala , dewa - dewa dan orang kayangan sering turun ke bumi . Tak jarang dari mereka tak bisa kembali ke tempat asalnya, karena menikah dengan manusia. Ketika itu , seorang dewi bernama Batari memiliki prilaku aneh . Bila mulutnya sebelah ingin makan daging segar , sebelahnya lagi ingin makan daging yang busuk. Begitu pula makan buah , sebelah ingin buah yang masak dan manis , sebelah mulut yang lainnya buah busuk , sebelah mulut yang lainnya buah busuk. 
      
      Singkat cerita , beberapa lama kemudian Batari melahirkan bayi perempuan kembar yang sangat cantik . Lama kelamaan anak batari tumbuh dewasa . Sang kakak diberi nama Silang Gading dan adiknya Topi Omas . Selain Silang Gading dan Topi Omas , kala itu hiduplah dua orang pemuda bersaudara kembar . Yang tertua bernama Sangaronga dan adiknya Bujang Bolai . Sahari - hari keduanya menjala ikan di sungai .

     Saat cukup umur untuk berumah tangga , Batari mulai dibuat bingung . Kala itu di kayangan tak ada lelaki yang sebaya dengan puterinya , timbullah keinginnya menikah kan kedua anaknya itu dengan manusia di dunia , Karena Batari sangat mendambakan mempunyai cucu. Keduanya , lalu diturunkan  ke bumi , masing - masing dibekali sebuah bakul emas berisi semangat padi . Saat turun ke bumi keduanya kurang berhati - hati  ,hingga tersangkut pada serumpun bambun kuning . Silang Gading terkait agak rendah , sedangkan adiknya Topi Omas dibagian atas .

      Gadis - gadis kayang ini terayun - ayun di pohon bambu itu mengharapkan adanya pertolongan. Pada saat yang bersamaan Sangarongan dan adiknya sedang menjala seperti biasa , karena itu lah terlihat oleh mereka bayang - bayang di air. Keduanya pun menengadah ke atas dan terlihatlah gadis - gadis itu dalam kesulitan. Segera lah pemuda- pemuda kembar itu naik ke atas tebing membantu menurunkan gadis - gadis kayangan itu .

     Bujang Bolai menyelamatkan Topi Omas, sedangkan Sangarongan menolong Silang Gading . Mereka Lalu berhenti menjala dan segera pulang ke rumah  dengan membawa kedua gadis itu. Di desanya Sangarongan menceritakan semua kejadian itu kepada kepala desa serta orang tua - tua lainnya . Semuanya mengatakan bahwa  Sangarongan berdua mendapat anugrah dewa dari langit. Orang - orang sedesa terutama ayah ibu Sangarongan sendiri sangat gembira , mereka menghendaki agar Silang Gading dan Topi Omas mau menjadi menantunya. Ternyata kedua gadis ini pun tak menolaknya karena Sangarongan dua beradik memang cukup tampan dan muda ,lagi pula sepadan dengan mereka berdua.

      Sangarongan di jodohkan dengan Silang Gading , sedangkan Bujang Bolai dengan Topi Omas . Hal ini pun  tak bertentangan dengan hati mereka masing - masing karena kakak di jodohkan dengan kakak dan adik dengan adik. Lagi pula sesuai , orang yang menolong di jodohkan dengan yang di tolong seperti dahulu itu . Seisi desa bergembira dalam perkawinan yang diselenggarakan bagi pasangan pengantin kembar itu . Beberapa waktu kemudian Silang Gading dan Topi Omas di minta datang menghadap kepala desa yang ingin keterangan sejujurannya dari mereka berdua.

        Kepala desa itu menaruh dugaan jangan - jangan kedua gadis tersebut adalah seorang puteri  dan dayang - dayangnya , ia takut ada pasukan suatu kerajaan yang mungkin  menyerang desa mereka untuk mencarinya. Berulang kali Silang Gading menjelaskan , bahwa mereka berdua bersaudara kembar dan turun dari langit . Kepala desa karena tak puas bermaksud menguji mereka , kepada masing - masing mereka itu diberikan sebiji pisang untuk dimakan , kemudian di serahkan seekor ikan untuk di masak dan akhirnya diminta memilih antara dua buah parang hadiah kepala desa.

         Silang Gading ketika makan pisang mengubaknya dari tengah , ikan langsung dibelah perutnya serta dibersihkan kemudian digoreng , sedangkan hadiah dari kepala desa diambilnya parang biasa untuk bekerja sehari - hari. Lain halnya dengan Topi Omas pisang di kupasnya dari ujung sedikit demi sedikit sambil terlebih dahulu dibuang sisiknya , isi perut dan insangnya dibuang , ekor dan sirip - siripnya di potong setelah dicuci bersih -bersih , dipotong -potong diberi  bumbu dan di masak gulai . Hadiah kepala desa diambilnya parang hiasan .Melihat keadaan itu maka kepala desa menarik kesimpulan Topi Omaslah sang puteri , sedangakn Silang Gading dayangnya.

        Silang Gading tidak membantahnya ia merasa bahwa perbuatannya itu semata - mata mengambil praktisnya saja dan antara kedua hadiah itu ia memilih parang biasa karena mengalah pada adiknya . Kepala desa selanjutnya Silang Gading menjamin takkan ada yang mencari mereka dua beradik , mereka berdua Silang Gading dan adiknya Topi Omas hidup berbahagia dengan suaminya masing - masing . Tak ada keinginan mereka untuk kembali ke kayanagn , kepada manusia keduanya mengajarka cara - cara hidup yang ada di kayangan  . Bila musim tanam telah tiba keduanya mengeluarkan bakul emasnya serta membuat sesajian dan pastilah panen nantinya akan berhasil baik serta berkelebihan.

         Kebiasaan memberikan sesajian ketika mulai berladang itu menjdai trasdisi turun temurun bagi masyarakat daerah kota waringin Barat  yang beragama Kaharingan  ( Kepercayaan asli suku Dayak ) hingga kini . Tidak lupa mereka selalu memanggil Roh Silang Gading dan Topi Omas agar panennya berhasil.

































Tidak ada komentar:

Posting Komentar