http://pay4shares.com/?share=37145

Sabtu, 28 Desember 2013

WASPADA PENGGUNA SOSIAL MEDIA DALAM PENGAWASAN CIA

Waspada, Pengguna Social Media Dalam Pengawasan CIA

Quote:
Badan intelijen pusat Amerika Serikat selama ini juga melakukan aksi pengintaian terhadap lebih dari lima juta tweets tiap harinya.

Tindakan ini dilakukan untuk mengawasi gerak-gerik para ‘pemberontak’, ‘militan’, aktivis atau diplomat yang menyiarkan informasi melalui Twitter, Facebook, atau sejumlah jejaring sosial lainnya.

Di kantor Open Source Center, tim analis CIA yang diketahui dengan nama “vengeful librarians” juga mengawasi surat kabar, stasiun televisi, stasiun radio, chats room, serta semua bentuk media sosial lainnya dalam berbagai bahasa, dari seluruh dunia.

CIA mempelajari serta me-recheck materi informasi yang mereka awasi secara sembunyi-sembunyi untuk membentuk sebuah snapshot dari suasana di Pakistan (setelah serangan Navy SEAL yang digembar-gemborkan menewaskan Syaikh Usamah bin Laden), pemberontakan yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara, mengawasi gerak-gerik Cina, Iran, Rusia, Korea, dan negara-negara lainnya.

Tim pengawas ini dibentuk di bawah mandat Komisi 11 September, yang berfokus terutama pada kontraterorisme dan kontraproliferasi.

Bagaimana Cara CIA Awasi Twitter dan Facebook?


Bukan rahasia jika pihak intelijen sebuah negara saat ini gemar mengawasi social media seperti Facebook dan Twitter. Hal itu juga dilakukan Amerika Serikat melalui Central Intelligence Agency (CIA).

Salah satu lembaga dalam CIA yang melakukan hal itu adalah The Open Source Center (OSC). Meski namanya mengandung kata-kata Open Source, lembaga ini tak terkait dengan software Opan Source seperti Linux dan lainnya.

Di dalam OSC terdapat tim khusus yang menjuluki diri sendiri sebagai 'Ninja Librarians'. Tugas tim ini adalah mengawasi Facebook, Twitter, chat room dan forum online apapun yang terbuka untuk kontribusi dari pengguna internet manapun.

Jumlah pasti tim itu tidak disebutkan, namun Associated Press menakar angka ratusan sebagai gambaran bahwa tim itu cukup besar. Kebanyakan anggota tim adalah analis dengan gelar master di bidang perpustakaan, cocok dengan julukan 'Ninja Librarian'.

Selain itu, kemampuan bahasa asing sangat diperlukan bagi anggota tim tersebut. Karena OSC disebutkan memang fokus pada situasi di luar negeri. Selain di kantor pusatnya di Virginia, AS, ada juga analis OSC yang disebar di kedutaan besar AS di berbagai negara.

Pekerjaan tim ini cukup intens, kadang bahkan mencakup pemantauan secara real-time. Contohnya saat terjadi kerusuhan di Thailand, atau beberapa saat setelah Osama bin Laden tewas di tangan Navy Seal dan tentunya momen-momen demonstrasi di Timur Tengah. Hasil laporan mereka menjadi bagian dari laporan harian yang diterima Presiden AS Barack Obama.

Kehandalan tim ini juga tak diragukan. Sebagai contoh, para analis ini disebut sudah memprediksikan akan terjadinya penggulingan kekuasaan di Mesir sebelum hal itu terjadi. Hanya saja, mereka tidak bisa meramalkan kapan tepatnya revolusi berlangsung.

OSC dibangun sejak tragedi 11 September di AS. Lembaga ini merupakan salah satu hasil rekomendasi Komisi 11 September yang dimaksudkan sebagai cara memperbaiki strategi anti terorisme.

Sedangkan fokus OSC pada social media mulai terjadi setelah Revolusi Hijau di Iran pada 2009. Ketika itu para analis mengamati bagaimana Twitter dipakai oleh demonstran untuk mengakali sensor yang diterapkan pemerintah.

Tak hanya mengawasi, 'Ninja Pustakawan' ini juga berusaha memastikan kebenaran informasi yang muncul di social media. Mereka dikatakan memiliki metode untuk mencari siapa yang informasinya bisa dipercaya dan siapa yang tidak. Salah satunya dilakukan dengan cek silang kabar di social media dengan pemberitaan umum atau bahkan dari penyadapan telepon.

Facebook, BlackBerry, dan Digital Colonization

Tahukah Anda? Peradaban Barat (dan juga sejumlah negara maju di belahan bumi lainnya) bisa maju disebabkan masyarakatnya secara lengkap telah mengalami berbagai tahapan kebudayaan secara linear dan utuh. Dari kebudayaan lisan, kebudayaan tulisan, kebudayaan baca, kebudayaan audio-visual (teve), dan sekarang kebudayaan cyber. Hal ini tidak dialami oleh bangsa Indonesia. Bangsa ini hanya mengalami kebudayaan lisan, lalu melompat ke kebudayaan audio-visual, dan sekarang termehek-mehek dengan kebudayaan cyber. Kebudayaan tulisan dan baca terlewat, dan sedihnya, terlupakan.


Bisa jadi, sebab itu ada perbedaan besar antara kebiasaan masyarakat Barat (dan masyarakat negara maju lainnya) dengan kebiasaan masyarakat Indonesia, salah satunya yang paling mudah dilihat adalah saat mengisi waktu luang, apakah itu sedang antre di bank, menunggu panggilan di loket rumah sakit, tengah menunggu kendaraan atau seseorang, sedang duduk di lobi hotel, atau sedang duduk di dalam kendaraan umum.

Di Barat dan di negara-negara maju, orang biasa mengisi waktu kosong atau waktu luangnya dengan membaca, apakah itu suratkabar, majalah, novel, atau buku non-fiksi. Jika bepergian kemana pun, mereka terbiasa selalu menyelipkan buku di dalam tas atau menentengnya di tangan. Sebab itu, bukan pemandangan aneh jika di dalam subway, di taman-taman, di halte bus, di depan loket berbagai instansi, di pinggir jalan, maupun di pantai, mereka selalu asyik mengisinya dengan kegiatan membaca.

Bagaimana dengan orang Indonesia? Silakan pergi ke tempat-tempat yang telah disebutkan di atas. Anda akan menemukan banyak sekali saudara-saudara sebangsa kita tengah asyik memainkan gadget mereka, bukan membaca. Sebab itu, Indonesia sejak lama menjadi pangsa pasar yang sangat menggiurkan bagi para produsen ponsel dunia. Bahkan konon, negeri ini telah menjadi semacam wilayah test pasar bagi produk-produk ponsel dunia teranyar. Dan setahun belakangan ini, ponsel dengan fasilitas chatting atau pun yang membenamkan kemampuan untuk bisa ber-fesbukan-ria laku keras. Blackberry-pun naik daun. Dan jangan heran jika di negara terkorup dunia dan nyaris masuk dalam kategori "Negara Gagal" ini ternyata bisa menjadi empat besar dunia dalam rating angka penjualan Blackberry. Blacberry dan Fesbuk telah menjadi trend masyarakat kita sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar