TUGAS
SENI BUDAYA
06 oktober 2011
MACAM-MACAM RUMAH
ADAT NUSANTARA
DAN
MACAM-MACAM BATIK
MACAM-MACAM BATIK
Rumah
Adat Banjar
Rumah adat Banjar,
biasa disebut juga dengan Rumah
Bubungan Tinggi
karena bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut
45ยบ.
Bangunan Rumah
Adat
Banjar diperkirakan telah ada sejak abad
ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran
Samudera
yang kemudian memeluk agama
Islam,
dan mengubah namanya menjadi Sultan
Suriansyah
dengan gelar
Panembahan
Batu Habang.
Sebelum memeluk
agama Islam Sultan Suriansyah tersebut menganut agama Hindu.
Ia memimpin Kerajaan
Banjar
pada tahun 1596–1620.
Pada mulanya
bangunan
rumah adat Banjar ini memiliki konstruksi
berbentuk segi empat
yang memanjang ke depan.
Namun
perkembangannya kemudian bentuk segi empat panjang tersebut mendapat
tambahan di samping kiri
dan kanan
bangunan dan agak ke belakang ditambah dengan sebuah ruangan yang
berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut
disumbi.
Bangunan tambahan di
samping kiri dan kanan ini tamapak menempel (dalam bahasa Banjar:
Pisang Sasikat) dan menganjung keluar.
Bangunan tambahan di
kiri dan kanan tersebut disebut juga anjung;
sehingga kemudian bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan
nama Rumah
Ba-anjung.
Sekitar tahun
1850
bangunan-bangunan perumahan di lingkungan keraton
Banjar, terutama di lingkungan keraton Martapura
dilengkapi dengan berbagai bentuk bangunan lain.
Sehingga pada
akhirnya bentuk rumah ba-anjung bukan lagi hanya merupakan bentuk
bangunan yang merupakan ciri
khas
kesultanan (keraton), tetapi telah menjadi ciri khas bangunan rumah
penduduk
daerah
Banjar
Rumah Gadang
Rumah Gadang atau Rumah
Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau
yang merupakan rumah
tradisional dan banyak di jumpai di
provinsi
Sumatera
Barat, Indonesia.
Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat
dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan
nama Rumah Baanjung.[1].
Rumah dengan model ini juga banyak
dijumpai di Negeri
Sembilan, Malaysia.
Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang
boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah
memiliki status sebagai nagari
saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada
kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga
dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau
Rumah
Joglo![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_tVbQtyPyDj8HbfQAYcGl1tvIpccn1HzS3N2cC-Qr4NcHloLsP-QYZSrxOQrSavwEQohsjbCH9pTNEfr9QWGY_oxXK_wuTWk3w-B7bGPkUjt6SwRm8HPdTztYKFau8SxgN72Vk=s0-d)
Joglo adalah rumah adat
masyarakat Jawa. Terdiri dari 2 bagian utama yakni pendapa dan dalam.
Bagian pendapa adalah bagian depan Joglo yang mempunyai ruangan luas
tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan untuk menerima tamu atau ruang
bermain anak dan tempat bersantai keluarga. Bagian dalam adalah
bagian dalam rumah yang berupa ruangan kamar,ruang kamar dan ruangan
lainnya yang bersifat lebih privasi. Ciri-ciri bangunan adalah pada
bagian atap pendapanya yang menjulang tinggi seperti gunung.
Rumah Betang
Rumah Betang (sebutan untuk
rumah adat di provinsi Kalimantan
Barat dan Kalimantan
Tengah), merupakan rumah yang dihuni
oleh masyarakat Dayak.
Rumah betang mempunyai ciri-ciri
yaitu; bentuk Panggung, memanjang. pada suku Dayak tertentu,
pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan
matahari terbit dan sebelah hilirnya kearah matahari terbenam,
sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari
tumbuh dan pulang ke rumah di matahari padam.
Di Kalimantan Barat mulai dari Kota
Pontianak dapat kita jumpai rumah adat Dayak. Salah satunya berada di
jalan Letjen Sutoyo. Walaupun hanya sebuah Imitasi, tetapi rumah
Betang ini, cukup aktif dalam menampung aktivitas kaum muda dan
sanggar seni Dayak. kemudian jika kita ke Arah Kabupaten landak, maka
kita akan menjumpai sebuah Rumah Betang Dayak di Kampung Sahapm Kec.
Pahauman. Kemudian jika kita ke Kabupaten Sanggau, maka kita dapat
melihat Rumah Betang di kampung Kopar Kecamatan Parindu, Kemudian
selanjutnya jika kita ke kabupaten Sekadau, maka kita dapat melihat
rumah betang di Kampung Sungai Antu Hulu, Kecamatan Belitang Hulu,
Kemudian di kabupaten Sintang kita Dapat melihat rumah Betang di Desa
Ensaid panjang, Kecamatan Kelam, Kemudian Di Kapuas Hulu, Kita juga
dapat melihat Masih banyak rumah-rumah betang Dayak yang masih
lestari
BERBAGAI
MACAM BATIK YANG ADA DI INDONESIA
Sebagai warga Negara Indonesia kita harus bisa berbangga hati. Karena di Indonesia banyak sekali keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, agama, dan kesenian yang begitu beraneka ragam. Salah satunya dalam bidang fashion. Di Indonesia terdapat kain bermotif yang tidak dapat dikunjungi di negara lain dan memiliki corak yang unik sekaligus menarik. Kain tersebut biasa kita sebut dengan kain batik. Corak dan motif batik Indonesia sendiri sangat banyak, ada yang merupakan motif asli dari nenek moyang bangsa kita dan ada juga yang merupakan akulturasi dengan bangsa lain.
Di bawah ini merupakan macam-macam batik yang terdapat di Indonesia :
1. Batik Kraton
Jenis Batik yang Berkembang di Indonesia
Batik Kraton awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.
2.
Batik Sudagaran
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_u2LI3t4xaUVGlSt7k8yyyFdmS3A2Si23CDRdEExHvLQlZbHlcPQvRP2WI_8kf20WRpMKodtQrm8RywtjKRWAIc0cSC9oEYj_XDQIHUZVY8sJmuakVbjBQAQG4cV7MtYGan9g=s0-d)
Motif larangan dari kalangan keraton merangsang seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan motif baru yang sesuai selera masyarakat saudagar. Mereka juga mengubah motif larangan sehingga motif tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik Sudagaran umumnya terkesan “berani” dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa, maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik Sudagaran menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta batik Sudagaran mengubah batik keraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta batik yang amat indah.
Motif larangan dari kalangan keraton merangsang seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan motif baru yang sesuai selera masyarakat saudagar. Mereka juga mengubah motif larangan sehingga motif tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik Sudagaran umumnya terkesan “berani” dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas benda-benda alam atau satwa, maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik Sudagaran menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta batik Sudagaran mengubah batik keraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta batik yang amat indah.
3.
Batik Petani
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sQM7DdE7Df-IvsBRswHIi2SOF6dtO4tjE4MHUWQb2W6dZcNKJBmbkg3-EDS1QlyFnySqDUFli5VFnUTag1kDsuG4xRVw0P1xVXm9WPXUBoWRrzwgkx49i2Ha0peELAUgYlaQ=s0-d)
Batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan secara tidak profesional karena hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan ke saudagar.
4. Batik Belanda
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uZBBlmhcF-y-F9S_NPH2gEyjEQ_q1nh4I7cbw9PWE33G1zgOYForwAkFxFDVevOowBEF80nGwvEyFLq1Pi2smsG8EPWrRAyui-qk--zpPeIqpj5M1a522_jyPrsF870PvdW8Y=s0-d)
Warga keturunan Belanda banyak yang tertarik dengan batik Indonesia. Mereka membuat motif sendiri yang disukai bangsa Eropa. Motifnya berupa bunga-bunga Eropa, seperti tulip dan motif tokoh-tokoh cerita dongeng terkenal di sana.
5. Batik Jawa Hokokai
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_udD7bAWnHJo6lm2iqVfj-Hb7Uoi5whWTZ93JWhCVefrs78-3l1rJAG4FHMyvEFMK6FChEc7ZoYhT8NUQ2lXg8MFEqGfsC-lgwOu6zXSMMYSqSBH3pyYASRsqD0mCgIxGC-IA=s0-d)
Pada masa penjajahan Jepang di pesisir Utara Jawa lahir ragam batik tulis yang disebut batik Hokokai. Motif dominan adalah bunga seperti bunga sakura dan krisan. Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi, misalnya motif bunga padi.
Marilah kita jaga semua kekayaan yang ada di negeri kita. Jangan sampai timbul lagi masalah yang sama seperti masalah Malaysia menghakpatenkan kekayan bangsa kita untuk negaranya. Mari kita lestarikan semua kekayaan di negeri kita.
Batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan secara tidak profesional karena hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan ke saudagar.
4. Batik Belanda
Warga keturunan Belanda banyak yang tertarik dengan batik Indonesia. Mereka membuat motif sendiri yang disukai bangsa Eropa. Motifnya berupa bunga-bunga Eropa, seperti tulip dan motif tokoh-tokoh cerita dongeng terkenal di sana.
5. Batik Jawa Hokokai
Pada masa penjajahan Jepang di pesisir Utara Jawa lahir ragam batik tulis yang disebut batik Hokokai. Motif dominan adalah bunga seperti bunga sakura dan krisan. Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi, misalnya motif bunga padi.
Marilah kita jaga semua kekayaan yang ada di negeri kita. Jangan sampai timbul lagi masalah yang sama seperti masalah Malaysia menghakpatenkan kekayan bangsa kita untuk negaranya. Mari kita lestarikan semua kekayaan di negeri kita.
Ini Corak Batik Papau walau
teknologi mungkin dari Jawa atau orang tanah jawa yang sudah
berasimilasi disana
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sWi-DlPEnG1iioLIEEuMtaxmNTOSgoeUaqSyh7p-vBlsZecnAehxRzMNeOUpYLH7_B2-mkEMYSM7UZJUtQYE17ImkEID4QwKnnkMjVJ3bntuBWbxOIVCurk6aTT0WXZ0IXHA=s0-d)
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_sjMEv-2Ga8TF5KHW919pnrXXOtO6i5JrqTPeMxkRmDIqpitD7XsElTYx3oZnzqJ8QqBSS2XwY-TASp86mG4iJT9sqp8GiW9RYCbupeeW0ejupDDzh8c6S2Hip9T5pu71q3CQ=s0-d)
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uCMbWTU0ainFqvWzSdrxrKAI9msS9THuokHVVtu4-7lhSm2kCj1y3uGaPKVpPVDRIGNkA1nUNLrKr-mSz0_zHyTLPwphLoS51ON2m4napR6vGTVqty6jaTcE83M316xu5zCQ=s0-d)
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_uLj6KWUrwEB2yYOKSFdP5P767Jorcs7G8MeyumkqetvGbR6VAYDA0sLpJqJrLrDwJhGzmnbGwo49Ir-RX_nfN-0SrtuMxLHAfAzk_UpSdjPiO9XmS1DhN-8PoSIjB5TbUBmA=s0-d)
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_tJcKTy0Haps0a2s0d1QyyfQMMyE7VRPtuNazJcPvE7hzn_w0thZtH2b8jyJvJ_if4WBNvtjlhzQxddBjp0kH_a6fUNqxKxZ5f0wMoUMXbu_WICVfwZ8SE10L9xqZ-4C5UM=s0-d)
![](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_tpN_gSnGLIxl-GXnQXn5iG0laHfgiqkK9ODBmTQHL1aRexEs3J6_ND0yL1NpjWdzoksBcnF7tZZTBMstefL06wM3lec7K0GYQECwKWrNdr2yofaCewIBvJNYxxtXZGRfVXjw=s0-d)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar