http://pay4shares.com/?share=37145

Rabu, 05 September 2012


TEGANGAN EFEKTIF



1.    Pengertian
Berat tanah yang terendam air disebut berat tanah efektif, sedangkan tegangan yang terjadi akibat berat tanah efektif di dalam tanah disebut tegangan efektif. Pada tanah granuler, tanah pasir, dan kerikil dikenal dengan tegangan intergranuler. Tegangan efektif merupakan tegangan yang mempengaruhi kuat geser dan perubahan volume atau penurunan tanah.

2.    Tegangan Efektif dan Tegangan Netral
Terzaghi (1923) memberikan prisip tegangan efektif yang bekerja pada tanah jenuh air yang dinyatakan dalam persamaan :
σ = σ’ + u
 
                                                                                                                          (1.1)
dimana
σ    =  tegangan normal total pada suatu bidang di dalam massa tanah (tegangan akibat berat tanah total termasuk ruang pori, persatuan luas yang arahnya tegak lurus)
u    =    tekanan pori (u), dikenal dengan tekanan netral yang bekerja ke segala arah sama besar
σ’   =    tegangan normal efektif (σ’), yaitu tegangan yang dihasilkan dari beban butiran tanah efektif per satuan bidang luas
σz = γsat z
 
Tegangan efektif dalam tanah dapat ditentukan dengan cara meninjau lapisan tanah dengan permukaan mendatar dan dengan permukaan air tanah pada permukaan. Tegangan vertikal total  (σz) merupakan tegangan normal pada bidang horisontal pada kedalaman z, dengan persamaan :
                                                                                                                          (1.2)
σz   =    kedalaman titik di dalam tanah
γsat =    berat volume tanah jenuh
Jika air tidak mengalir maka tekanan air pori pada sembarang kedalaman akan berupa tekanan hidrostatis. Karena itu pada kedalaman z tekanan pori (u), dapat didefinisikan :
u = γw z
 
                                                                                                                          (1.3)
                                 

Gambar 1.1 Tegangan efektif

Menurut persamaan (1.1) tegangan vertikal efektif (σz’) pada kedalaman z :
σz’ = σz – u
σz = z γsat – z γw
σz = (γsat – γw) z
 σzγ’ z
 


           

                                                                                                                                
                                                                                                                          (1.4)

dengan γ’ merupakan berat volume apung atau berat volume tanah efektif saat tanah terendam air.
σ = σ’ + ua – X (ua - uw)
 
            Tekanan air pori (uw) harus lebih kecil daripada tegangan yang terjadi dalam udara (ua) akibat tarikan permukaan. Sehingga Bishop (1995) mengusulkan persamaan hubungan tegangan total(σ) dan tegangan efektif (σ’) untuk tanah jenuh :
                                                                                                                          (1.5)
Gambar 1.2
dengan :
X   =    parameter  yang ditentukan secara ekperimental
uw =    tekanan air pori
ua   =    tekanan udara dalam pori
Untuk tanah jenuh (S = 1) nilai X = 1 untuk tanah kering sempurna (S = 0) maka X = 0

3.    Tegangan pada Tanah Jenuh Air tanpa Rembesan
Gambar 1.3
Pada gambar 1.3 menunjukan suatu massa tanah jenuh air di dalam suatu tabung tanpa adanya rembesan air ke segala arah. Tegangan total di titik A dapat dihitung dengan cara :
σ = H γw + (HA - H) γsat
 
                                                                                                              (1.6)
dimana
σ    =    tegangan total pada titik A
γw   =    berat volume air
γsat  =    berat volume tanah jenuh air
H   =    tinggi muka air diukur dari permukaan tanah di dalam bidang
HA =    jarak antara titik A dan muka air
Tegangan total (σ) dari persamaan (1.6) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a)      Bagian yang diterima oleh air di dalam ruang pori yang menerus (tegangan ini bekerja ke segala arah sama besar)
b)      Sisa dari tegangan total dipikul oleh butiran tanah padat pada titik-titik sentuhnya.

4.    Tegangan pada Tanah Jenuh Air dengan Rembesan
Tegangan efektif pada suatu titik akan mengalami perubahan dikarenakan oleh adanya rembesan air yang melaluinya. Tegangan efektif ini akan bertambah besar atau kecil tergantung pada arah rembesan.
a)      Rembesan ke Atas
Gambar 1.4
Pada gambar 1.4 menunjukan suatu lapisan tanah berbutir di dalam silinder dimana terdapat rembesan air ke atas yang disebabkan adanya penambahan air melalui saluran pada dasar silinder.
Pada titik A
Tegangan total (σA)     = H1γw
Tekaan air pori (uA)     = H1γw
Tegangan efektif (σA’)= σA - uA = 0
Pada titik B
Tegangan total (σB)     = H1γ+ H2γsat
Tekaan air pori (uB)     = (H1 + H2 + h) γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB
                                    = H2γsat - γw - h γw
                       


b)      Rembesan ke Bawah
Gambar 1.5
Keadaan di mana terdapat rembesan air ke bawah dapat dilihat dalam gambar 1.5. Ketinggian air di dalam silinder diusahakan tetap, hal ini diatur dengan cara menambahkan air dari atas dan pengaliran air ke luar melalui dasar selinder.
Tegangan total (σB)     = H1γ+ zγsat
Tekaan air pori (uB)     = (H1 + z – iz)γw
Tegangan efektif (σB’)= σB – uB
                                    = (H1γ+ zγsat) – (H1 + z – iz) γw
                                                z γ’ + iz γw                                                                       (1.7)

5.    Penggelembungan pada Tanah yang Disebabkan oleh Rembesan di Sekeliling Turap
Gaya rembesan per satuan volume tanah dapat dihitung untuk memeriksa kemungkinan keruntuhan suatu turap di mana rembesan dalam tanah dapat menyebakan penggelemmbungan (heave) pada daerah hilir sesuai yang ditunjukan oleh gambar 1.6. Terzaghi (1992) menyimpulkan bahwa penggelembungan udara pada umumnya terjadi pada daerah sejauh D/2 dari turap (di mana D adalah kedalaman pemancangan turap).
            FS = 

Gambar 1.6
Dimana :
FS  =    faktor keamanan
W’ =    berat tanah basah di daerah gelembung per satuan lebar turap

6.    Penentuan Zona Potensi Likuifasi di Kota Maumere dengan Pendekatan Tegangan Efektif Melalui Metoda Poroelastisitas dan Elemen Hingga
Ketika pasir lepas jenuh mengalami getaran gempa maka tekanan air pori akan meningkat. Kenaikan ini akan mengurangi tegangan efektif tanah dan apabila terus berlanjut maka tegangan efektif akan menjadi nol sehingga tanah kehilangan kekuatannya. Kondisi ini disebut Likuffaksi. Kerugian yang diakibatkan likuifaksi sangat besar, oleh karena itu perlu dibuat suatu peta kerentanan likuifaksi pada daerah tertentu terutama yang terletak di daerah berpasir yang rawan gempa dan memiliki arti strategis tertentu. Penentuan zona kerentanan likuifaksi sangat bermanfaat karena membantu para perancang bangunan-bangunan sipil dalam menentukan lokasi proyeknya dan menentukan perlakuan-perlakuan apa saja yang diperlukan untuk menanggulangi fenomena ini.
Penentuan zone potensi likuifaksi yang digunakan adabab dengan analisis tegangan efektif melalui Metoda Karakteristik yang berdasarkan konsep poroelastisitas dan analisis dinamik. Hasil yang didapat menunjukkan rawannya daerah pantai terhadap bahaya likuifaksi yang diindikasikan dengan turunnya tegangan efektif mendekati nol.


Soal – soal :
           
1.   Hitung tegangan total dan tegangan efektif di A apabila γsat = 10 kN/m3




                                 
                                                    

      Jawab :

·         Tegangan Total
σA = (1 x 10) + (3 x 9,8)
     = 39.43 kN/m2

·         Tekanan Air Pori
ua = 4 x 9,8
    = 39,2 kN/m2

·         Tegangan Efektif
σ’ = σA - ua  
σ’ = 39.43 – 39,2
σ’ = 0,23 kN/m2


2. Hitung tegangan efektif di A apabila γsat = 15 kN/m3 dan γb = 10 kN/m3 apabila
    a. permukaan air di (a)
    b. permukaan air di (b)
                               




      Jawab :
a.       Tegangan di A
σA = 2 γb
     = 20 kN/m2
ua = 0
σ’ = σA - ua  
σ’ = 20– 0
σ’ = 20 kN/m2


b.      Tegangan di A
σA = 2 γsat + 2 γw
     = (2 x 15) + (2 x 9,8)
     = 49,6 kN/m2
ua = 4 γw
    = 4 x 9.8
    = 39,2 kN/m2
σ’ = σA - ua  
σ’ = 49.6 – 39.2
σ’ = 10,4 kN/m2


STRUKBANG 2 GEDUNG BERTINGKAT

 
STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT
GEDUNG  BERTINGKAT
BANGUNAN BERTINGKAT DIBAGI MENJADI DUA (BERDASARKAN KETINGGIAN GEDUNG DAN SPESIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT) :
  1. LOW RISE BUILDING (3-4 LANTAI ATAU DGN KETINGGIAN 10 m)
  2. HIGH RISE BUILDING (LBH DARI 4 LANATAI ATAU LEBIH 10 m)
PADA MATA KULIAH INI LEBIH DITEKANKAN PADA PENGERTIAN SELUK BELUK BANGUNAN BERTINGKAT RENDAH SERTA CARA-CARA PENGGAMBARANYA, SEBAGAI DASAR PENGENALAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT. UTK DAPAT MENGANALISIS STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT SECARA UTUH DAN TERPADU MAKA DISARANKAN UT MEMPELAJARI ILMU-ILMU :
    1. MEKANIKA TEKNIK/ MEKANIKA REKAYASA
    2. FONDASI
    3. BETON
    4. BAJA
    5. GEMPA, DST
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERANCANGAN BANGUNAN:
1.                   ESTETIKA
                DASAR KEINDAHAN DAN KESERASIAN BANGUNAN YANG AKAN MEMBERIKAN KEBANGGAN PADA PEMILIKNYA
2.            FUNGSIONAL
                DISESUAIKAN DENGAN PEMANFAATNA DAN PENGGUNAANYA SEHINGGA MEMBERIKAN RASA NYAMAN
3.            STRUKTURAL
                STRUKTUR YANG KUAT DAN MANTAP SHG MEMBERIKAN RASA AMAN UNTUK TINGGAL DI DALAMNYA
lanjutan
4.            EKONOMIS
                PENDEMENSIAN (UKURAN STRUKTUR) YANG PROPORSIONAL DAN PEMAKAIAN BAHAN YANG SESUAI SEHINGGA BANGUNAN AWET MEMPUNYAI UMUR YANG PANJANG, PEMELIHARAAN YANG MUDAH.
SYARAT-SYARAT SEBUAH STRUKTUR BANGUNAN :
·         KEKUATAAN (STRENGHT)
-        SALAH SATU KEKUATAN BAHAN BISA DILIHAT DARI SIFAT-SIFAT MEKANIK BAHAN TSB,
-        TEGANGAN (σ), REGANGAN (ε) DST
·         KEKAKUAN (STIFFNESS/ k)
·         KESTABILAN
·         EKONOMIS
·         ESTETIKA
TAHAPAN DALAM PERANCANGAN DAN ANALISIS BANGUNAN BERTINGKAT:
1. TAHAPAN ARSITEKTURAL
-        DENAH SETIAP LANTAI
-        POTONGAN
-        TAMPAK
-        PERPEKTIF
-        DETAIL
-        FASILITAS GEDUNG
-        RAB + RKS
2. TAHAPAN STRUKTURAL
  PEMBEBANAN
  MERENCANAKAN DENAH PORTAL UNTUK MENENTUKAN LETAK KOLOM DAN BALOK UTAMA
  ANALISIS  MEKANIKA UNTUK PENDEMENSIAAN ELEMEN STRUKTUR /RANGKA
  PENYELIDIKAN TANAH UNTUK PERENCAAN PONDASI
3. TAHAPAN FINISHING
  SENTUHAN AKHIR UNTUK KEINDAHAN, MELENGKAPI GEDUNG DENGAN FASILITAS ALAT-LAT MEE à UT PELAYANAN PENGHUNINYA.
2. PEMBEBANAN
BERDASARKAN LAMANYA
1. MATI/ TETAP à BERAT SENDIRI
  ADALAH BERAT DARI SEMUA BAGIAN  BANGUNAN YANG BERSIFAT TETAP, TERMASUK SEGALA UNSUR TAMBAHAN, ALAT  ATAU MESIN YANG MERUPAKAN BAGIAN YANG TDK TERPISAHKAN DENGAN BANGUNAN.
2. HIDUP/ SEMENTARA à ANGIN, AIR HUJAN, SALJU, GEMPA
  ADALAH BERAT DARI PENGHUNI DAN ATAU BARANG-BARANG YANG DAPAT BERPINDAH, YANG BUKAN MERUPAKAN BAGIAN DARI BANGUNAN
BERDASARKAN ARAH BEBAN
  VERTIKAL à BERAT SENDIRI
  HORISONTAL à ANGIN, GEMPA
BERDASARKAN GERAKANNYA
  DIAM / STATIS à BEBAN SENDIRI
  BERGERAK / DINAMIS à GEMPA, MESIN, LEDAKAN BOM
BEBAN GEMPA ADALAH BESARNYA GETARAN YANG TERJADI DI DALAM STRUKTUR RANGKA BANGUNAN AKIBAT ADANYA GERAKAN TANAH OLEH GEMPA, DIHITUNG BERDASARKANA ANALISIS DINAMI.
BERDASARKAN DISTRIBUSI/ PENYEBARAN BEBAN :
  BEBAN MERATA
                BEBAN MERATA PADA SELURUH BIDANG PEMBEBANAN DAN BESARNYA SAMA.
                à AIR DALAM KOLAM, ANGIN, ORANG DALAM GEDUNG PERTEMUAN, DST.
  BEBAN TERPUSAT / TITIK
       DIAM à PEKERJA PD SAAT KONSTRUKSI, BEBAN PADA KOLOM
       BERJALAN à BEBAN GANDAR PADA KENDARAAN, KRAN PENGANGKAT BARANG